1. Pitru Paksha
Pitru Paksha merupakan fastival kematian yang diselenggarakan pada hari ke-15 di bulan Ashwin (kalender Hindu). Sebuah ritual yang dilakukan untuk menghormati arwah para leluhur yang melibatkan banyak sesajen.
Di dalam mitologi Hindu, ketika jiwa Karna lepas dari tubuhnya dan mencapai surga, ia tidak dapat menemukan apapun selain emas untuk dimakan. Karena merasa lapar, ia pun memohon kepada Dewa Indra untuk memberinya makanan. Namun Dewa Indra menolaknya, bahkan ia mengatakan itu adalah akibat semasa hidupnya Karna tidak pernah memberikan makanan kepada arwah leluhurnya. Namun setelah terjadi perbincangan di antara keduanya, Karna pun diizinkan untuk turun ke bumi selama 15 hari guna memberikan makanan dan minuman kepada para arwah leluhurnya.
Selama festival Pitru Paksha, sesajian diberikan kepada para arwah leluhur dan orang-orang biasa yang meninggal dunia, ritual tersebut dipimpin oleh para pandita. Dan jika para arwah leluhur menerima sesajian dan ritual berlangsung dengan benar, maka umat hindu tersebut akan mendapatkan kemakmuran, kesehatan dan keselamatan.
2. El Dia de los Muerto
Sama seperti festival religi All Soul’s Day dan All Saint’s Day, El Día de los Muerto (Harinya orang mati) juga diselenggarakan di hari pertama dan keduan bulan November. Festival yang satu terlihat seram sobat unik, karena melibatkan banyak tengkorak yang digunakan sebagai dekorasi di dalam berbagai ruang publik seperti restoran, toko-toko dan sebagainya.
Festival El Día de los Muerto sebenarnya berasal dari tradisi pasca panen masyarakat suku Aztec, sebuah ritual yang ditujukan kepada Dewi Mictecacuhuatl dewi kematian. Namun karena waktu perayaannya berdekatan dengan Halloween maka perayaan Harinya Orang Mati ini menjadi terlihat menyeramkan –padahal sebelumnya tidak ada unsur yang berhubungan dengan hantu dan moster. Di era ketika masyarakat Meksiko menganut agama kristen, El Día de los Muerto dirayakan dengan menggunakan kostum-kostum dan dekorasi yang menakutkan.
Sobat unik ternyata di negara tetangga kita pun, Filipina, ternyata memiliki tradisi yang hampir mirip dengan yang ada di Meksiko ini.
3. Lemuralia
Festival kematian lainnya adalah Lemuralia yang telah diselenggarakan sejak zaman Romawi Kuno, sebuah ritual yang bertujuan untuk mengusir para arwah leluhur jahat di dalam sebuah rumah.
Untuk melakukan ritual pembersihan rumah ini, kepala rumah tangga harus bangun ditengah malam kemudian mencuci kedua tangannya selama tiga kali. Kemudian berjalan tanpa alas kaki memasuki setiap ruangan rumah sambil menebarkan kacang hitam sembari mengucapkan doa “haec ego mitto; his redimo meque meosque fabis.”
Berdasarkan legenda, ritual lemuralia ini telah berlangsung sejak zaman Romulus untuk menenangkan roh saudara kembarnya Romus yang meninggal terjatuh dari tembok tinggi.
4. Festival Hungry Ghost
Festival yang satu ini baru dikenal sebagai Festival Hantu ataupu Festival Arwah Penasaran (Hungry Ghost Festival). Ritual ini dirayakan oleh masyarakat China di malam ke-15 di bulan ketujuh menurut kalender China. Masyarakat China percaya selama bulan ketujuh banyak arwah penasaran yang keluar dari akhirat untuk mengunjungi saudara-saudara mereka yang masih hidup. Baik bagi penganut Tao maupun Budha festival Hungry Ghost ini merupakan sebuah ritual yang khidmat, karena bertujuan selain untuk menghormati juga untuk meringankan penderitaan arwah para kerabat mereka.
Selama ritual berlangsung masyarakat China memberikan sesajian berupa makanan, teh, uang dan pakaian sebagai bekal bagi arwah kerabat mereka. Keindahan dari ritual ini adalah banyaknya lampu lampion warna-warni yang dilarungkan di danau ataupun sungai, berdasarkan kepercayaan cahaya lampu tersebut untuk menuntun para arwah kembali ke akhirat.
5. Famadihana
Sepertinya yang satu ini benar-benar melibatkan bagian dari orang yang sudah meninggal. Famadihana sebuah ritual pasca kematian yang dilakukan oleh masyarakat Madagaskar, dilakukan untuk menghormati arwah kerabat yang telah meninggal dunia. Caranya pun terbilang menyeramkan. Ketika musim dingin tiba masyarakat Madagaskar menggali kuburan kerabatnya yang telah meninggal, mereka mengambil jasad tersebut berupa tulang belulang. Mereka kemudian membersihkan tulang tersebut dan mengganti kain pelindungnya. Selama mereka melakukan pembersihan, alunan musik tradisional pun mengiringi ritual tersebut.
Berdasarkan keterangan, orang-orang Malagasi (Madagaskar) percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal tidak serta merta bergabung bersama para leluhurnya di alam kematian sebelum tubuh mereka benar-benar hancur oleh bumi. Sehingga untuk itu, selama setiap tujuh tahun sekali jasad-jasad yang terkubur digali kembali untuk dibersihkan dan digantikan kain yang membalutnya.