Semua orang pasti pernah bermimpi saat tidur, baik mimpi indah maupun
mimpi buruk. Ada banyak cara untuk menafsirkan mimpi, misalnya terkait
dengan peruntungan. Secara medis, bisa punya menunjukkan status
kesehatan.
Diperkirakan, manusia mengalami mengalami 4-6 mimpi dalam semalam.
Namun dari sekian banyak mimpi, hanya sekitar 2-3 yang bisa diingat saat
bangun tidur. Dibanding laki-laki, perempuan lebih banyak mengingat
mimpi.
Beberapa penelitian mengaitkan jenis-jenis mimpi dengan status kesehatan.
1. Mimpi Buruk
Kemungkinan penyebab mimpi buruk adalah pemakaian obat-obat jantung
dan tekanan darah tinggi golongan beta blocker, gangguan migrain, maupun
kurang tidur. Obat-obat golongan beta blocker diyakini mengubah
komposisi kimia otak sehingga memicu terjadinya mimpi buruk.
Lemah jantung juga sering memicu mimpi buruk saat tidur. Hal itu
dibuktikan dalam penelitian pada 6.000 orang dan dipublikasikan di
Netherland Journal of Medicine. Menurut penelitian ini, seseorang dengan
denyut jantung tidak teratur akan mengalami peningkatan risiko mimpi
buruk sebanyak 3 kali lipat.
Kemungkinan penyebab lainnya adalah gangguan pernapasan. Berkurangnya
pasokan oksigen ke otak memicu perubahan komposisi kimia yang
menghadirkan mimpi buruk saat tidur.
2. Mimpi yang muncul lebih serig dari biasanya
Kemungkinan penyebabnya adalah temperatur udara yang terlalu dingin
atau terlalu hangat di malam hari. Perubahan hormon, nyeri kronis dan
pemakaian antidepresan juga bisa menyebabkan mimpi muncul lebih sering
dari biasanya.
Prof Jim Horne, pakar kesehatan tidur dari Loughborough University
membenarkan bahwa temperatur udara di malam hari bisa mengubah ritme
bermimpi karena kenyamanan tidur terganggu.
“Makin sering tidurnya terganggu, makin besar pula kemungkinan
terbangun tengah malam dan itu berarti lebih banyak mengingat mimpi,”
kata Prof Horne.
Prof Horne menambahkan, pengaruh hormon terhadap mimpi juga bisa
diamati pada perempuan yang sedang datang bulan. Biasanya, rasa tidak
nyaman membuat para perempuan mengalami gangguan tidur dan sering
terbangun sehingga lebih banyak mengingat mimpi. Akibatnya, mimpinya
seolah jadi lebih sering.
3. Mimpi diserang
Kemungkinan penyebabnya adalah gangguan pada saraf otak misalnya
penyakit Alzheimer dan Parkinson. Kecenderungan untuk sering bermimpi
buruk bahkan bisa muncul 10 tahun sebelum gejala Alzheimer muncul.
“Ini bisa menjadi gejala pertama yang kita lihat. Saya mengingatkan
orang yang didiagnosis dengan gangguan ini untuk mengamati tanda lain
misalnya gangguan saraf, tremor (gemetar) dan ingatan mudah lupa.
Tujuannya agar bisa ditangani sejak dini,” kata Prof Horne.
4. Mimpi yang sering membuat terbangun
Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab munculnya
mimpi-mimpi yang membuat orang terbangun tengah malam. Makan makanan
berlemak, mengalami kegemukan, dan makan karena stres bisa memkicu mimpi
jenis ini.
Prof Horne mengatakan makan terlalu banyak apalagi yang berlemak,
menyebabkan tekanan pada katup pembatas lambung dengan kerongkongan
meningkat. Bila katup terbuka, asam lambung akan naik dan memicu rasa
tidak nyaman hingga akhirnya orang tersebut terbangun.
5. Mimpi aneh dan tak terlupakan
Konsumsi alkohol, infeksi, menopause dan penggunaan obat anti malaria
bisa memicu mimpi jenis ini. Mimpi-mimpi tak wajar yang terus
tergiang-ngiang dalam ingatan saat terbangun dar tidur.
“Cuaca tidak menyenangkan juga bisa menyebabkan kondisi setengah
tidur dan setengah bangun, yang memicu mimpi-mimpi aneh,” kata Dr
Patrick McNamara, ahli saraf dari Boston University Medical School.
Obat malaria sering memicu mimpi aneh karena menganggu pelepasan
senyawa asetilkolin di otak. Senyawa tersebut berhubungan dengan
kemampuan mengontrol mimpi, sehingga mimpi menjadi aneh-aneh saat
kadarnya berkurang.
6. Mimpi Erotis
Mimpi tentang hal-hal berbau seksual merupakan hal yang wajar di
semua usia, dan meningkat saat beranjak tua. Bahkan sampai usia 60-an
tahun, mimpi erotis masih sering muncul dalam tidur.
“Banyak klien kami di usia 60-70 tahun masih mengalami mimpi erotis.
Yang mengejutkan, mimpi tersebut tidak benar-benar berhubungan dengan
kehidupan seksualnya, tapi justru terkait dengan kreativitasnya,” kata
seorang psikolog, Ian Wallace.