Ketika masih anak, hewan merupakan teman yang baik, secara imajinasi maupun
nyata. Pada kenyataannya anak-anak selalu tertarik dengan hewan apapun,
mereka tidak peduli buas ataupun jinak. Namun demikian banyak dari
kalangan dewasa yang sudah akrab dengan hewan dari masa kecilnya, meski
ada pula kedekatan mereka dimulai dari sisi keilmuan. Berikut 5 manusia
yang hidup bersama hewan.
1. Jane Goodal
Studi keilmuan membawanya tertarik untuk hidup lebih dekat dengan
simpanse di Tanzania. Jane Goodal yang saat itu berusia 26 tahun,
melakukan sebuah penelitian bersama arkeolog S.B. Leakey pada 1960.
Melalui penelitiannya Goodall mengungkapkan bahwa simpase merupakan
hewan omnivora yang memiliki tingkat intelektual lebih cerdas
dibandingkan dengan primata lainnya. Simpanse pun hidup dalam kelompok
kecil. Jane Goodall menjadi perempuan yang popular di kalangan pemerhati
satwa liar.
Nama Jane Goodall pun dijadikan sebuah institusi yang bergerak di
bidang kehidupan dan satwa liar. Jane Goodall Institutes melakukan
berbagai upaya penyelamatan simpase yang terancam punah, seperti yang
dilakukan di Gombe National Park, Tanzania.
2. Dian Fossey
Dian Fossey mungkin bukan spesialis pertama yang menganalisis tentang
gorila pegunungan di Afrika. Pada 1950’an Fossey mengikuti penelitian
ahli etnologi George Schaller di Gunung Mikeno, Kongo. Penelitian itulah
yang mendekatkan Fossey dengan obyek fotografinya gorila dan beberapa
hewan lainnya. Foto-foto tersebut membuat S.B Leakey untuk membawa
Fossey melakukan ekspedisi pada 1966. Perjalanan-perjalanan bersama para
ilmuwan itulah yang menjadikannya pakar gorila terkenal di dunia. Sayangnya Fossey terbunuh di Rwanda, di tempatnya melakukan penelitian.
3. John Ssabunnya
Kisah John Ssabunnya (14) diangkat oleh BBC pada 1999 lalu. Semenjak
berusia dua tahun Ssbannya hidup sebatangkara di Uganda. Berdasarkan
laporan, Ssabunnya ditemukan dan dirawat oleh sekelompok kera hijau
Afrika. Karena itulah Ssabunnya sangat cekatan dalam memanjat dan
memetik bua-buahan. Ketika berusia enam tahun, Ssabunnya berhasil
diselamatkan oleh seseorang, dan diserahkan ke panti asuhan. Selama BBC
menerbitkan artikelnya, Ssabunnya telah bergabung dengan paduan suara
anak-anak Pearl of Africa. Melalui musik terbukti bahwa Ssabunnya lebih
mampu bernyanyi daripada berbicara.
4. Birutė Galdikas
Arkeolog S.B Leakey merupakan orang yang menginspirasi Dr. Birutė
Galdikas untuk melakukan ekspedisi dan meneliti tentang kehidupan
primata. Pada 1971 Dr. Birutė Galdikas tiba di Tanjung Puting,
Kalimantan Tengah, Indonesia, untuk meneliti tentang keberadaan orang
utan. Alasan Birutė Galdikas melakukan ekspedisi tersebut karena ia
mendengar kabar bahwa mempelajari orang utan lebih sulit daripada
simpanse ataupun gorila gunung.
Waktu berlalu tak terasa ia telah 40 tahun berada di kawasan Taman
Nasional Tanjung Putting, dan memiliki hubungan emosional terhadap orang
utan. Dan penelitianya tentang orang utan adalah yang terhebat
sepanjang masa komprehensif dan detail.
5. Timothy Treadwell
Selama bertahun-tahun Timothy Treadwell telah hidup di alam liar
Alaska berdampingan dengan beruang grizzly yang popular. Selama itu pula
ia menjalin persahabatan dan penelitian. Taman Nasional Katmai, adalah
tempatnya melakukan penelitian. Uniknya, Timothy memiliki cara yang
kontroversial (berlawanan dengan aturan) dalam melakukan penelitiannya.
Beberapa kali ia menerobos masuk taman nasional dan mendekati hewan
berkulit tebal yang berbahaya itu. Padahal beberapa kali petugas taman
nasional melarang Timothy untuk mendekati beruang grizzly, namun itu
dilanggarnya.
Meski demikian Timothy mengakui bahwa dengan berada di Katmai,
mengakui hubungannya dengan alam liar dan beruang grizzly telah
menyembuhkan ketergantungnya terhadap alkohol. Kedekatannya dengan
beruang grizzly membuatnya dijuluki ‘Grizzly Man’.