Halaman

Kamis, 21 November 2013

Mantra "Abracadabra" Awalnya Untuk Penyembuhan

Kamu mungkin sering dengar pesulap menyebut mantra “Abracadabra” setiap melakukan aksinya. Kata tersebut seolah sangat ampuh. Dari mana mantra itu berasal?

Banyak teori menceritakan asal kata Abracadabra, sebagian meyakini berasal dari para penyembah berhala atau memanggil setan sehingga harus dihindari pengucapannya. Memang susah diperdebatkan karena tak ada bukti autentik asal kata ini.


Pendapat lain meyakini, abracadabra berasal dari kata Ibrani yang berarti ” ayah, anak , dan roh kudus ” (ab , ben , dan ruach hakodesh). Terdengar sangat trinitas? Mungkin. Tapi banyak pula meyakini kata tersebut tidak mewakili kekristenan. Karenanya ada pula yang mengaitkan dengan bahasa Aram “Avra kadavra”.

Nah, bagi penggemar buku/film Harry Potter tentu ingat kata yang mirip dan sering digunakan yakni “Avada Kedavra”. Menurut sang penulis JK Rowling, mantra itu berarti “Biarkan sesuatu dihancurkan.”

Sesuai arti menghancurkan yang disebut Rowling, tampaknya kata tersebut ada kaitannya dengan makna asli; menghancurkan penyakit. Catatan tertua penggunaan Abracadabra ditemukan milik Serenus Sammonicus, orang bijak di masa Roma kuno yang mencatat:

“Ada sebuah penyakit yang disebut hemitriateos dan sangat mematikan. Cara menyembuhkannya hanya dengan cara menulis pada perkamen kata ‘Abracadabra’. Caranya menulis baris demi baris. Pada setiap baris berikutnya hilangkan huruf terakhirnya hingga tinggal tersisa huruf ‘A’. Lalu gantungkan pada leher. Banyak orang bilang kalau ditambah lemak singa bakal lebih efektif.”

Dari catatan Sammonicus ini berarti manta Abracadabra telah digunakan jauh sejak imperium Yunani. Sehingga muncullah teori lain menyebut kata ini berasal dari “abraxas” yakni numerologi Yunani sebagai penambah hari agar dalam setahun lengkap menjadi 365 hari. Kata ”abraxas” menjadi penyempurna, dan mungkin akhirnya digunakan sebagai bagian dari mantra penyembuh penyakit.

Penggunaan jimat “Abracadabra” pada leher tampaknya tetap dipercaya turun-temurun oleh sebagian orang hingga abad pertengahan. Misalnya di tahun 1500-an Eva Rimmington Taylor menulis The Troublesome Voyage of Capt. Edward Fenton yang berbunyi: “Banester sayth yt menyembuhkan 200 orang dalam satu tahun dari malaria dengan menggantung jimat Abracadabra pada leher mereka.”

Lalu di tahun 1722, Daniel Defoe menulis Journal of Plague Year bahwa hingga abad 18 masih banyak orang percaya pada kekuatan jimat “Abracadabra.”

Entah bagaiman takhayul itu hilang dengan sendirinya memasuki abad 19 dan mantra tersebut malah kemudian populer di kalangan pesulap.